Label

Rabu, 21 Maret 2012

PERILAKU MEROKOK DAN PENGGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemui orang merokok di mana-mana, baik di kantor, di pasar ataupun tempat umum lainnya atau bahkan di kalangan rumah tangga sendiri. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok pertama. Umumnya rokok pertama dimulai saat usia remaja. Sejumlah studi menemukan penghisapan rokok pertama dimulai pada usia 11-13 tahun. Studi Mirnet (Tuakli dkk, 1990) menemukan bahwa perilaku merokok diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Smet (1994) bahwa mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial.  Modelling  (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok.
Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin. Efek dari merokok hanya meredakan kecemasan selama efek dari nikotin masih ada, malah ketergantungan nikotin dapat membuat seseorang menjadi tambah stres.
Pengaruh nikotin dalam merokok dapat membuat seseorang menjadi pecandu atau ketergantungan pada rokok. Remaja yang sudah kecanduan merokok pada umumnya tidak dapat menahan keinginan untuk tidak merokok, mereka cenderung sensitif terhadap efek dari nikotin.
Perilaku menyimpang lainnya yang tumbuh di kalangan masyarakat akibat kurang seimbangnya masalah ekonomi, terutama terhadap para remaja Indonesia yaitu sering menggunakan minum-minuman keras dan obat-obatan terlarang. Mungkin mereka kurang perhatian dari orang tua mereka atau mungkin juga karena ajakan para pemakai atau teman-temannya.
Penyalahgunaan narkoba terhadap para pelajar SMA dan SMP berawal dari penawaran dari pengedar narkoba. Mula-mula mereka diberi beberapa kali dan setelah mereka merasa ketergantungan terhadap narkoba itu, maka pengedar mulai menjualnya. Setelah mereka saling membeli narkoba, mereka disuruh pengedar untuk mengajak teman-temannya yang lain untuk mencoba obat-obatan terlarang tersebut.
Narkoba biasanya dikonsumsi oleh anak-anak orang kaya, yang kurang perhatian dari orang tuanya. Biasanya mereka mengkonsumsi jenis pil lexotan dan Extaci karena proses pembelian dan penggunaannya lebih mudah dan praktis. Pada mulanya mereka minum minuman beralkohol di diskotik atau bar, tetapi lama kelamaan mereka mulai memakai narkoba.

B.     Rumusan Masalah
Permasalahan yang dikemukakan dalam makalah ini adalah problematika remaja, khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal itu harus dapat dibuktikan dengan pemikiran yang benar dan tepat.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Apakah penyebab perilaku merokok dan penggunaan narkoba pada remaja?
2.      Apa dampak dari perilaku merokok dan penggunaan narkoba pada remaja?
3.      Bagaimana cara menanggulangi perilaku merokok dan penggunaan narkoba pada remaja?
4.      Adakah peranan dan bimbingan dari orang tua, guru, masyarakat, atau media pendidikan akan membawa sikap dan perilaku dari remaja itu lebih baik ke depannya nanti?

C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.       Menegetahui penyebab perilaku merokok dan penggunaan narkoba pada remaja.
2.       Mengetahui dampak perilaku merokok dan penggunaan narkoba pada remaja.
  1. Mengetahui cara menanggulang perilaku merokok dan penggunaan narkoba pada remaja.
  2. Mengetahui seberapa kuat pengaruh dari orang tua, guru, peran masyarakat, dan media pendidikan dalam membentuk kepribadian para remaja.
  3. Memberi motivasi kepada orang tua, guru, peran masyarakat, dan media pendidikan supaya lebih santai dan lebih benar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan remaja saat ini.

D.    Hipotesis
Berdasarkan tinjauan referensi yang telah didapat, kami mengambil hipotesis bahwa:
1.      Penyebab perilaku merokok dan penggunaan narkoba pada remaja adalah faktor internal (dari dalam) dan eksternal (dari luar) atau faktor lingkungan.
2.      Dampak yang ditimbulkan oleh rokok dan narkoba adalah memicu berbagai penyakit, kecanduan, tindak kriminal, bahkan kematian.
3.      Cara penanggulangan dari perilaku merokok dan penggunaan narkoba adalah pengawasan orang tua di rumah, guru di sekolah dan masyarakat.

E.     Manfaat Penelitian
Penelitian ini juga bermanfaat untuk:
1.      Memberikan informasi ke orang tua dan guru bahwa penelitian ini dapat digunakan untuk menyikapi, menanggulangi, dan menyadarkan kepada anak dan anak didiknya.
2.      Memberikan semangat baru dalam pendidikan pergaulan remaja, termasuk di rumah dan di sekolah.
3.      Memberikan pengetahuan yang lebih baru dan lebih luas tentang remaja.
4.      Memberikan rasa percaya diri dan keberanian bagi para remaja.
5.      Memberikan rasa lebih berhati-hati dan lebih peduli dengan lingkungan pergaulannya.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Tentang Remaja
Remaja dalam pengertian umum diartikan masa baliq atau keterbukaan terhadap lawan jenis. Konsep ini tidak jauh berbeda dengan Poerwadarminta (1984: 813) yang menyatakan remaja adalah: (1) mulai dewasa; sudah sampai umur untuk kimpoi, (2) muda (tentang anak laki-laki dan perempuan); mulai muncul rasa cinta birahi.
Batasan remaja menurut Drajat (1989: 69) yaitu masa pemilihan yang ditempuh oleh anak menjadi dewasa. Dengan arti lain sebuah situasi yang menjembatangi menuju ke tingkat dewasa. Masa remaja ini berlangsung kira-kira 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun. Akhir masa remaja antara usia 16 tahun sampai 18 tahun.
Pendapat Suardi (1986: 98) yang menyatakan remaja adalah masa perantara dari masa anak-anak menuju dewasa yang bersifat kompleks, menyita banyak perhatian dari remaja itu sendiri dengan orang lain, dan masa penyesuaian diri terdidik.
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah suatu masa atau periode menuju tahap dewasa yang ditandai dengan umur berkisar antara 13 – 18 tahun, mulai tertarik kepada lawan jenis, dan memiliki permasalahan yang kompleks.

B.     Perilaku Merokok
Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang  dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan  yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso, 1991).
Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur  yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimana pun juga.
Poerwadarminta (1995) mendefinisikann merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990).
Danusantoso (1991)  mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya (Levy, 1984).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok  adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.

C.    Tipe Perilaku Merokok
Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (Komasari & Helmi, 2000) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu :
1.      Tahap Prepatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau  dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
2.      Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
3.      Tahap Becoming a Smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4.      Tahap Maintenance of Smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah  satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah:
1.      Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2.      Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
3.      Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

D.    Narkoba (Obat-Obatan Terlarang)
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum; seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah napza biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada tiga jenis zat yang sama.

E.     Macam-macam Narkoba dan Efek Penggunaannya
Narkoba terbagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Cannabis (ganja, cimeng, mariyuana, hashis, rumput, grass)
Ganja bahan aktifnya tetrahidrocanabinol yang dapat membuat hilang kesadaran atau fly/teler.
Efek penggunaan Ganja: gelisah, lemas dan ingin tidur terus, perasaan gembira dan selalu tertawa untuk hal yang tidak lucu, nafsu makan besar, persepsi tentang benda berubah Akibat jangka panjang, gangguan memori otak / pelupa, sulit berfikir dan konsentrasi, dan suka bengong.
2.      Ecstasy (inex, kancing)
Tergolong jenis zat psikotropika. Jenisnya antara lain : apel, alladin, elektric, gober, butterfly, dan lain-lain.  Bahan ecstasy sering dicampur dengan zat-zat kimia berbahaya seperti insektisida dan pil KB.
Efek penggunaan ecstasy: syaraf otak rusak, dehidrasi, gangguan lever, tulang dan gigi keropos, tidak nafsu makan, waktu tidur terganggu (jet lag), syaraf mata rusak, dan paranoid.
3.      Shabu-shabu (ubas, ss, mecin).
Nama aslinya methamphetamine. Berbentuk kristal seperti gula atau bumbu penyedap masakan. Jenisnya antara lain gold river, coconut, dan kristal.
Efek yang ditimbulkan: menjadi bersemangat, paranoid, gelisah, tidak bisa diam, tidak ingin makan, tidak bisa tidur, otak sulit berfikir dan konsentrasi, dan kesehatan terganggu karena menyerang fungsi lever dan darah.
4.      Putaw (PT, bedak, putih)
Putaw adalah sejenis heroin dengan kadar lebih rendah (heroin kelas lima atau enam). Zat ini berasal dari sari bunga opium. Putaw terdiri dari beberapa jenis antara lain banan dan snow whitee. Bentuknya seperti bedak dan dijual dalam bentuk paket gram atau paketan gauw.
Efek pemakaian putaw: mata menjadi sayu - Menjadi pendiam, mengantuk-  mata berair, pucat-badan menjadi kurus/mual-mual, bicara tidak jelas-sulit berfikir, tidak dapat konsentrasi-pemarah dan temperamental, cadel-pandai berbohong, hidung gatal - plin-plan, menyebabkan kelumpuhan - kematian bila overdosis, terkena gangguan darah dan darah.
5.      Bahan adiktif lainnya seperti;
Lem aica aibon, thinner, bensin, spritus, jamur kotoran kerbau dan kecubung. Penyalahgunaan narkoba selain merugikan kesehatan diri sendiri juga berdampak negatif terhadap kehidupan ekonomi dan sosial seseorang. Penyalahgunaan narkoba dapat merusak ekonomi karena sifat obat yang membuat ketergantungan, dimana tubuh pengguna selalu meminta tambahan dosis dan dengan harga obat-obatan jenis narkoba yang tergolong relatif mahal maka hal tersebut secara ekonomis sangat merugikan.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan besarnya perbedaan sikap, sifat, dan perilaku melalui perbandingan antara kelompok satu dengan yang lain. Kelompok 1 mengawasi sikap, sifat, dan perilaku anak remaja yang berada di lingkungan sekolah (siswa). Sementara itu, Kelompok 2 mengawasi sikap, sifat, dan perilaku yang berada di linkungan masyarakat (remaja yang tidak sekolah). Hasilnya akan dikumpulkan dan akan disimpulkan.

B.     Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah para remaja-remaja biasa antara SMA/MA dan masyarakat tertentu (remaja yang tidak sekolah).

C.    Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat penelitian yang digunakan hanyalah buku catatan dan bolpin. Dengan alat-alat ini, diperoleh data dan hasil yang valid dan betul. Selanjutnya dibuat laporan dengan cara pengetikan komputer.

D.    Pengumpulan Data
Data-data laporan dari tim pencatat di lapangan sampai dengan waktu yang telah ditentukan, dilakukan setiap hari itu akan dikumpulkan menjadi satu dan akan disusun dalam satu buku. Kemudian data-data itu akan diurutkan menurut waktu pengambilan data. Barulah setelah rampung semua, data-data itu akan disimpulkan.

E.     Teknis Analisis Data
Data kualitatif yang dkumpulkan per hari oleh tim pencatat itu, kemudian diurutkan menurut waktu kejadian. Hasil-hasil ini yang bersifat valid atau nyata, ini kemudian disimpulkan kembali sampai sesuai dengan hipotesis penelitian. Apabila hasilnya tidak sesuai, maka harus melakukan eksperimen atau penelitian kembali mengenai masalah ini.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja
Menurut Mu`tadin (2002) mengemukakan alasan mengapa remaja merokok, antara lain:
1.      Pengaruh Orang Tua
Menurut Baer & Corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (Single Parent). Remaja berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok daripada ayah yang merokok. Hal ini lebih terlihat pada remaja putri.
2.      Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin benyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan  demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau sebaliknya. Diantara remaja perokok terdapat 87 % mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.
3.      Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Pendapat ini didukung Atkinson (1999) yang menyatakan bahwa orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih menjadi perokok dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah.

4.      Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen ( Sarafino, 1994) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu:
1.      Faktor Biologis
Banyak Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang mengatakan nikotin dalam darah perokok cukup tinggi.

2.      Faktor Psikologis
Merokok Dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.

3.      Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya.

4.      Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak ( Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis kelamin Zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok.

5.      Faktor Sosial-Kultural

Tidak ada komentar:

Posting Komentar