Label

Sabtu, 06 Agustus 2011

MAKALAH RENDAHNYA MINAT BACA SMA-NANDAR


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Perkembangan Minat Baca dan Kemampuan Baca terutama siswa kita memang sangat memprihatinkann. Hal ini disebabkan metode yang diberikan terhadap siswa pada umumnya kurang bahkan tidak menyenangkan. Sebagian besar Metode yang ada hanya berorientasi pada hasil bukan pada proses. Rendahnya minat baca siswa menjadikan kebiasaan membaca yang rendah, dan kebiasaan membaca yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca rendah. Itulah yang sedang terjadi pada siswa sekarang ini  itu semua disebabkan karena Kebanyakan atau bahkan hampir keseluruhan sekolah tidak memiliki fasilitas perpustakaan yang memadai. Buku pelajaran dan buku bacaan umum tidak terkoleksi secara lengkap. Bahkan, banyak sekolah yang tidak memiliki ruang khusus untuk perpustakaan dan tidak memiliki petugas khusus yang mengelola perpustakaan. Dengan demikian, wajar saja kalau siswa  tidak memiliki kebiasaan membaca yang memadai. Persoalan minat baca pada siswa adalah masalah yang klasik. Berbagai upaya terus dilakukan untuk dapat meningkatkan minat baca. Namun pada kenyataannya, minat baca siswa masih begitu rendah.

1.2 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian bersandar kepada tujuan. Karena tanpa tujuan yang jelas, penelitian tidak akan menemukan akhir. Oleh karena itu tujuan penelitian yang ingin diteliti oleh penulis adalah untuk mengetahui penyebab rendahnya minat baca masyarakat siswa. Penulis ingin mengetahui apa saja yang menyebabkan hal tersebut terjadi, terutama dalam era globalisasi ini. Di samping itu. penulis juga ingin mengajak siswa supaya “gila” membaca.

1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin penulis teliti adalah :
1)      Apa penyebab rendahnya minat baca pada siswa ?
2)      Apa dampak/ akibat dari rendahnya minat baca bagi diri sendiri, masyarakat bangsa dan Negara?
3)      Oval: 1Bagaimana cara meningkatkan minat baca pada siswa ?
1.4 Hipotesa
Ada beberapa hal umum yang bisa disimpulkan oleh penulis dari pengamatan pribadi atas penelitian yang ingin dilakukan. Rendahnya minat baca pada siswa disebabkan oleh;
1)      Rendahnya/tidak adanya keinginan siswa untuk menambah ilmu dan memperluas wawasan dengan membaca.
2)      Siswa tidak mengutamakan aktivitas membaca dalam kesehariannya.
3)      Perpustakaan di setiap sekolah tidak dikelola dengan baik.
4)      Koleksi buku yang ada diperpustakaan sangat tidak memadai.

1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah, mencari sumber di perpustakaan (Library Research), Observasi ( Observation), dan tanya jawab  (Questionnaire).

1.6 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah siswa yang ada dilingkungan sekitar penulis. Sedangkan sampel yang ingin diambil adalah hanya sebagian siswa  yang dijumpai oleh penulis yang dapat membrikan informasi.

1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penyusunan makalah ini terdiri dari 3 Bab, diantaranya adalah sebagai berikut :
Bab I   PENDAHULUAN      : Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Rumusan Masalah, Hipotesa, Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, serta Sistematika Penulisan.
Bab II  RENDAHNYA MINAT BACA PADA SISWA, terdiri dari : Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca pada Siswa, Akibat/ Dampak Rendahnya Minat Baca pada Siswa dan Beberapa Cara Meningkatkan Minat Baca pada Siswa.
Bab III  PENUTUP                       :  Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
RENDAHNYA MINAT BACA PADA SISWA


2.1 Faktor Penyebab Rendahnya Minat Baca pada Siswa
Rendahnya minat baca pada siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya sebagai berikut :

A.  Lemahnya Sarana dan Prasarana Pendidikan

Salah satu faktor yang menyebabkan kemampuan membaca siswa tergolong rendah karena sarana dan prasarana pendidikan khususnya perpustakaan dengan buku-bukunya belum mendapat prioritas dalam penyelenggaraannya. Sedangkan kegiatan membaca membutuhkan adanya buku-buku yang cukup dan bermutu serta eksistensi perpustakaan dalam menunjang proses pembelajaran.
Faktor lain yang menghambat kegiatan siswa untuk mau membaca adalah kurikulum yang tidak secara tegas mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bahan kajian, serta para tenaga kependidikan baik sebagai guru, dosen maupun para pustakawan yang tidak memberikan motivasi pada anak-anak peserta  didik bahwa membaca itu penting untuk menambah ilmu pengetahuan, melatih berfikir kritis, menganalisis persoalan, dan sebagainya.

1.      Kurangnya Pengelolaan Perpustakaan dan Koleksi Buku
Di hampir semua sekolah pada semua jenis dan jenjang pendidikan, kondisi perpustakaannya masih belum memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan. Perpustakaan sekolah belum sepenuhnya berfungsi. Jumlah buku-buku perpustakaan jauh dari mencukupi kebutuhan tuntutan membaca sebagai basis pendidikan, serta peralatan dan tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Padahal perpustakaan sekolah merupakan sumber membaca dan sumber belajar sepanjang hayat yang sangat vital dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

B.  Kemajuan Teknologi
Oval: 3Minat baca siswa yang rendah dewasa ini disebabkan oleh  faktor, perkembangan teknologi dan pusat-pusat informasi yang lebih menarik,, perkembangan tempat-tempat hiburan (entertainment), acara televisi. Sehingga  status dan kedudukan perpustakaan, serta citra perpustakaan dalam pandangan siswa sangat rendah. Hal ini secara lebih luas, dengan menengok sendi-sendi budaya masyarakat yang pada dasarnya kurang mempunyai landasan budaya baca, atau pewarisan secara intelektual. Masyarakat dalam memberitakan sesuatu termasuk cerita-cerita terdahulu lebih mengandalkan budaya tutur daripada tulisan. Latar budaya lisan itulah yang agaknya menjadi salah satu sebab lemahnya budaya baca masyarakat, termasuk minat pada pustaka dan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan.

C.     Kurangnya Dukungan Keluarga dan Lingkungan
Rendahnya minat baca di kalangan anak dapat disebabkan oleh kondisi keluarga yang tidak mendukung, terutama dari orang tua anak-anak yang tidak mencontohkan kegemaran membaca kepada anak-anak mereka. Selain itu, kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua mereka terhadap kegiatan anak-anaknya. Hal ini dapat dikaitkan pula dengan konsep pendidikan yang diterapkan dan dipahami orang tua. Sementara terkait dengan fasilitas, minimnya ketersediaan bahan bacaan di rumah juga dapat membuat anak kurang berminat pada kegiatan membaca karena tidak ada atau kurangnya sumber bacaan yang tersedia di rumah. Selain dari sisi keluarga, terdapat juga pengaruh dari lingkungan. Karena pengaruh ajakan yang begitu kuat dari lingkungan (teman), anak lebih memilih bermain dengan teman-temannya dibanding membaca buku. Dan terakhir, ketersediaan waktu yang kurang, membuat anak kurang berminat untuk membaca.  Seperti kondisi beberapa informan anak yang bersekolah dengan sistem full day school, tentu sebagian besar waktu dalam sehari sudah banyak dihabiskan di sekolah. Kesempatan memiliki waktu luang sangat terbatas. Apalagi jika masih ada kegiatan-kegiatan rutin yang mereka jalani setelah pulang sekolah. Kalaupun masih ada sisa waktu, mereka lebih memanfaatkan untuk bersantai dan melepas lelah.
Rendahnya minat baca siswa, tentu tidak hanya sebatas masalah kuantitas dan kualitas buku saja, melainkan terkait juga pada banyak hal yang saling berhubungan. Misalnya, mental anak dan lingkungan keluarga/masyarakat yang tidak mendukung. Orang kota mungkin kesulitan membangkitkan minat baca siswa karena serbuan media informasi dan hiburan elektronik. Sementara di pelosok desa, siswa lebih suka keluyuran ketimbang membaca. Sebab, di sana lingkungan/tradisi membaca tidak tercipta. Orang lebih suka ngerumpi atau menonton acara televisi daripada membaca.

2.2 Dapak / Akibat Rendahnya Minat Baca pada Siswa

Rendahnya minat baca dapat bedampak kurang buruk, baik bagi diri sendiri, masyarakat bangsa dan Negara.
a. Bagi Diri Sendiri
Buruknya kemampuan membaca siswa berdampak pada kekurangnya kemampuan mereka dalam penguasan bidang ilmu pengetahuan dan matematika, menurunya prestasi yang diraih, dan menyebabkan buta huruf. Selain itu, penurunan minat baca dari kalangan siswa itu mengakibatkan, rata-rata nilai Ujian Nasinal enam mata pelajaran yang diujikan pada setiap sekolah di bawah standar minimal kelulusan, dan hanya mata pelajaran hanya beberapa mata pelajaran saja yang nilanya di atas standar minimal kelulusan.

b. Bagi Masyarakat, Bangsa dan Negara
Apabila rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa, maka dalam persaingan global kita akan selalu ketinggalan dengan sesama negara berkembang, apalagi dengan negara-negara maju lainnya. Kita tidak akan mampu mengatasi segala persoalan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan dan lainnya selama SDM kita tidak kompetitif, karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, akibat lemahnya kemauan dan kemampuan membaca. Penurunan minat membaca juga berpengaruh terhadap daya saing tenaga kerja Indonesia yang menduduki urutan ke-46 di dunia, di bawah Singapura (2), Malaysia (27), Filipina (32) dan Thailand (34). Sedangkan, kualitas SDM Indonesia berdasar Indeks Pembangunan Manusia oleh PBB (UNDP) 2000, menduduki urutan ke-109, terendah dibanding sejumlah negara ASEAN, seperti Vietnam (108), Jepang (9), Singapura (24), Brunei (32), Malaysia (61), Thailand (76) dan Filipina (77).


2.3 Beberapa Cara Meningkatkan Minat Baca pada Siswa
A.  Sistem Pendidikan Nasional dan Kurikulum
Sistem Pendidikan Nasional yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 diharapkan dapat memberikan arah agar tujuan pendidikan di tanah air semakin jelas dalam mengembangkan kemampuan potensi anak bangsa agar terwujudnya SDM yang kompetitif dalam era globalisasi, sehingga bangsa Indonesia tidak selalu ketinggalan dalam kecerdasan intelektual. Oleh sebab itu penyelenggaraan pendidikan harus memenuhi beberapa prinsip antara lain :
1)      sebagai suatu proses pembudayaan  dan  pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
2)      Mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung.

Kedua prinsip di atas harus saling bergayut. Artinya dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, harus diisi dengan kegiatan pengembangan budaya membaca, menulis dan berhitung. Pengembangan kurikulum secara berdiversifikasi khususnya dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia harus memuat kegiatan pengembangan budaya membaca dan menulis dengan alokasi waktu yang cukup memberi kesempatan banyak untuk membaca.
 Demikian pula dalam bahan kajian seni dan budaya, cakupan kegiatan menulis harus jelas dan berimbang dengan kegiatan menggambar/melukis, menyanyi dan menari. Kegiatan membaca dan menulis tidak saja menjadi prioritas dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia dan Bahan Kajian Seni dan Budaya, tetapi hendaknya juga secara implisit harus tercantum dalam Bahan-bahan Kajian lainnya.

B.      Paradigma Tenaga Kependidikan
Guru, dosen maupun para pustakawan sekolah sebagai tenaga kependidikan, harus merubah mekanisme proses pembelajaran menuju “membaca” sebagai suatu sistem belajar sepanjang hayat.
Setiap guru, dosen dalam semua bahan kajian harus dapat memainkan perannya sebagai motivator agar para peserta didik bergairah untuk banyak membaca buku-buku penunjang kurikulum pada bahan kajian masing-masing. Misalnya dengan memberi tugas-tugas  rumah setiap kali selesai pertemuan dalam proses pembelajaran. Dengan sistem reading drill secara kontinu maka membaca akan menjadi kebiasaan peserta didik dalam belajar.
Pustakawan pada perpustakaan sekolah yang didukung oleh para guru kelas sedapat mungkin harus dapat menciptakan “kemauan” para peserta didik untuk banyak membaca dan meminjam buku-buku di perpustakaan. Sistem promosi perpustakaan harus diadakan dan diprioritaskan secara kontinu agar perpustakaan dikenal apa fungsi, arti, kegunaan dan fasilitas yang dapat diberikannya. Tanpa promosi perpustakaan yang gencar, mustahil orang akan mengenal dan tertarik untuk datang ke perpustakaan.

C.     Pengelolaan Perpustakaan Sekolah dengan Baik
Perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting untuk menunjang proses belajar mengajar. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar di sekolah, perpustakaan sekolah memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Melalui penyediaan perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar (Darmono, 2001:2). Perpustakaan sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar mengajar siswa memegang peranan yang sangat penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan harus dapat memainkan peran, khususnya dalam membantu siswa untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Pemanfaatan perpustakaan sekolah secara maksimal, diharapkan dapat mencetak siswa untuk senantiasa terbiasa dengan aktifitas membaca, memahami pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya bermutu. Kebiasaan membaca buku yang dilakukan oleh siswa, akan meningkatkan pola pikirnya sehingga perlu dijadikan aktivitas kegiatan sehari-hari. Buku harus dicintai dan bila perlu dijadikan sebagai kebutuhan pokok siswa dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan sekolah dapat dijadikan sumber belajar siswa baik dalam proses kegiatan belajar mengajar secara formal maupun non formal untuk membantu sekolah dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di sekolah tersebut. Hal penting yang harus dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa adalah dengan melengkapi koleksi perpustakaan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Sudah saatnya perpustakaan sekolah tidak hanya berisi buku-buku paket, koleksi perpustakaan juga dapat berupa buku-buku bacaan yang mampu menarik minat siswa untuk membaca.

D.    Motivasi  Guru dan Keluarga
Pada dasarnya, pihak sekolah / guru bertanggungjawab ikut menumbuhkan minat baca bagi siswa, karena dari sanalah sumber kreatifitas siswa akan muncul. Sekolah harus mengajar anak-anak berpikir melalui budaya belajar yang menekankan pada memahami materi.
Selain itu, juga keluarga harus mendukung, terutama dari orang tua anak-anak yang harus mencontohkan kegemaran membaca kepada anak-anak mereka. Selain itu, orang tua juga harus memperhatian dan mengawasi terhadap kegiatan anak-anaknya. Sementara terkait dengan fasilitas, ketersediaan bahan bacaan di rumah juga dipenuhi agar membuat anak berminat pada kegiatan membaca karena sumber bacaan yang tersedia di rumah..



























BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Apabila dirunut minat baca itu sangat berkait dengan kualitas bangsa. Pada satu sisi rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca masyarakat kita disebabkan rendahnya minat baca, di sisi lain rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca tidak mengondisikan kedalaman pengetahuan dan keluasan wawasan. Di samping itu, rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca berpotensi menurunkan angka melek huruf yang secara langsung menentukan kualitas bangsa.
Kurangnya minat baca telah tertutupi oleh gaya hidup pelajar yang hedon. Kehidupan hedon yang dimaksudkan, suka jalan-jalan, bermain-main, pergaulan sudah mengarah pada pergaulan bebas. ”Kondisi ini, membuat keingintahuan pelajar tidak ada,”. Ada sifat dalam diri siswa yang sangat buruk. Yakni, masa bodoh atau tidak ingin tahu. Lebih mengutamakan mode atau berpenampilan baik, sementara otaknya kosong, tanpa dibekali pengetahuan untuk masa depan.


3.2 Saran
Kalau bangsa ini mau maju dan lebih berkualitas maka harus ada upaya-upaya yang lebih konkret baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk mendongkrak minat baca siswa. Meskipun hal ini sangat tidak mudah akan tetapi harus dilakukan. Solusi untuk meningkatkan minat baca, dengan mengeksplorasi local content yang mengandung keragaman budaya, bahasa, musik, alat permainan, hingga dongeng. Banyak kearifan lokal yang bisa digali dari local content yang sudah hampir hilang. "Sudah saatnya kita kembalikan karakterbangsa yang positif melalui buku-buku bacaan yang dihadirkan kepada anak-anak penerus bangsa".





Oval: 9
 

DAFTAR PUSTAKA



Baderi, Athaillah (2003). Gerakan Nasional Membaca ; Suatu Pemikiran  Ke Arah Akuntabilitas Pemerintah. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Delly H. Dadang, DR. M.Si (2005). Strategi Dinas Pendidikan, Dalam Meningkatkan Budaya Baca Masyarakat. Bandung : Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Daerah Jawa Barat.
Sondakh, Angelia, SE (2005). Perpustakaan dan Peningkatan SDM. Bandung : Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Daerah Jawa Barat.

2 komentar: